Jumat, 23 November 2007

Selamat Datang Dimitri

Setelah berhari2 hanya sibuk di stall makanan, hari ini aku dan Niklas memutuskan untuk tidak berjualan. Huahaha...kami penikmat free time. Jadi kapanpun kami mau, kami siap untuk bersenang2.

Hari ini belahan jiwa ku, Dimitri, tiba. Aku akan menjemputnya di bus station saja, bukan di airport. Aku merasa deg2an juga. Belum satu bulan aku meninggalkannya di tanah air, tapi rasa kangen itu sudah memenuhi seluruh relung dadaku.

Bus itu belum dateng juga. Aku melirik jam di pergelangan tanganku untuk kesekian kalinya lagi. Sudah satu jam aku menunggu. Aku mengalihkan perhatianku ke buku yang kubawa. Lebih baik membaca saja. Aku jadi ingat, buku ini belum selesai juga kubaca. Dimitri yang memberikannya. Pandanganku menjadi kabur, pikiranku mengembara ke masa lalu. Aku suka sekali membaca buku motivasi. Dimitri adalah teman debat ku di book club yang kami ikuti. Dimitri sering mencelaku, karena aku tau sesuatu yang salah, tapi tetap saja aku kerjakan. Tapi menurutku, itu artinya bersenang2. Aku tidak ingat kapan dan kenapa akhirnya kami bisa saling mencintai. Semua terjadi begitu saja. Lamunanku buyar seiring dengan bunyi deru mesin bus yang memasuki bus station. Akupun segera berdiri dan beranjak menuju arah kedatangan penumpang.

Dimitri tersenyum dan melambai kearahku. Dia bergegas. Meletakkan backpacknya begitu saja dan secepat kilat merengkuhku kedalam pelukannya. Aku dapat merasakan kalau dia juga kangen sama aku.

Kami berjalan ke arah mobil yang kuparkir tidak jauh dari tempat kedatangan. Aku tidak dapat berhenti bicara. Aku memang bawel. Aku menceritakan semua yang kulakukan selama ini. Padahal aku sudah pernah meng update hal itu melalui email. Dimitri hanya tersenyum. Tangannya tidak lepas dari kepala ku. Dia memang suka sekali mengusap kepalaku.
Tiba di rumah, Niklas siap menyambut. Dimitripun baru kali ini bertemu dengan Niklas. Mereka langsung cepat akrab. Aku meninggalkan mereka berbincang2. Pergi menyiapkan makan malam. Aku senang sekali. Dan aku bersenandung kecil.

Aku tidak pernah menyangka kalau Dimitri akan menyusulku. Dimitri baru saja memulai hidupnya. Aku menyebutnya demikian. Dia baru saja mendapatkan pekerjaan yang sangat diidam2kannya. Dan mendapatkan fasilitas bagus, gaji bagus, dan tentunya posisi yang mapan. Semua yang ingin dibuktikannya telah diraihnya. Itulah sebabnya, ketika aku memutuskan meninggalkan tanah air, aku tidak mau memberitahunya. Aku tidak ingin mengacaukan rencana hidupnya.

Separuh dari jiwa ku kebingungan. Ada apa sebenarnya? Kenapa dia meninggalkan itu semua? Semua mimpinya. Di pihak lain aku juga kegirangan. Bersama kembali dengan belahan jiwaku. Aku tersenyum sendiri. Selamat datang Dimitri.

Tidak ada komentar: