Jumat, 12 Desember 2008

When convincing might be too late

He sent a text. I didn't reply. I didn't know what to write to him anymore. So put away my cellphone. I went to bed. But I couldn't sleep. I feel so sad.

After about 2 hours later, I received a text "you were called by 08118XXXXXX" and then again and again. Must be there was bad signal in my bedroom. I didn't try to call him back.

Right by midnite, he finally reached me. He tried to convince me why he reacted like yelling and stuff to me. Nothing personal. Yeah, right. I told him my words. He didn't hear me. I don't feel like to argue anymore. So I just said, ya ya ya. He hang up the phone. I got back to my bed.

I don't know whether I cry because I am losing him, or I cry because he treated me bad. I have no idea. About 30 minutes later again I receive text from him, still want to convince me.

I pull my blanket, tuck myself in. I don't feel like to reply his text or call him back. I just want to sleep.

Sahabat yang tak lagi bersahabat

I was born dengan multi talenta. The best talent is I read people like I read an open book. Some think it's hanya asumsi saya saja. Yang lain terheran2 dengan pernyataan saya.

Dalam hubungan dengan manusia, selain mengamati object diluar saya, saya pun paham benar situasi diri saya. Walau saya mencoba mengelabui, tapi saya tahu apa yang sedang berlangsung.

Sudah lebih dari satu minggu, sahabat saya merespon dengan tidak bersahabat. Saya tahu pasti ada sesuatu. Tapi saya mencoba mengelabui pikiran saya. Saya melakukan mind manipulation. Saya anggap, itu hanya perasaan saya saja yang sedang membutuhkan banyak perhatian dan dia tidak dapat memberikan karena kesibukannya. Setiap text message, setiap call, setiap misscalled...nada sebal kental sekali hadir dalam respon disana. Kata2 nya selalu berbumbu pedas. Saya mengkonfirmasi perasaan sensitif itu langsung kepada nya. Dia mengatakan itu hanya perasaan saya. Saya pun menyetujui itu sambil berpikir bahwa ini bukan phase sentif saya.

Akan tetapi, hari ini, kata2nya telah membuat air mata saya berderai. Saya sampaikan sekali lagi padanya. Jika ada yang salah dari bahasa saya, mohon saya diberitahu dan dimaafkan, karena nothing I have done to hurt his feeling in purpose. Again dia tidak mengakuinya.

Baiklah, saya sudah mencoba. I have tried darling. But seems you don't want to talk. Ignorance. That's what I can see.

Me re flash back, you told me what way I should take to deal with you. During office hour, you prefer me to call you with ''are you busy?". If no, then we continued the conversation. If yes, then you will call me back.

Cara itu saya gunakan terus. Sampai tiba2 sahabat saya mengatakan, "kalau mau bicara, langsung aja, ga usah pake nanya2 lagi sibuk atau tidak". Disampaikan dengan nada kesal. Karena menurutnya, saya hanya berasumsi dia sedang sibuk. Sayapun mengikuti kembali maunya. Intinya saya menyadari kegagalan bahasa saya, kekacauan cara saya berkomunikasi. Jadi saya setuju dengan cara barunya, karena saya ingin mempunyai komunikasi yang baik dengan sahabat saya.

Hari ini, saya pun langsung memanggilnya melalui YM, langsung tanpa basa basi menanyakan dia lagi sibuk atau tidak. Saya melihat sign di status YM nya. Tidak idle, artinya dia sedang ada di depan computernya. Tapi dia tidak menjawab saya. Begitu panjang message saya. Saya kembali memanipulasi pikiran saya dengan anggapan dia sedang sibuk, dan computernya sedang digunakan oleh orang lain. Ketika waktu berlalu dan saya semakin penasaran, saya menghubunginya melalui telpon,dan dia menjawab bahwa dia sedang main game. Jadi dia tidak sibuk, tapi tidak pula menjawab text saya.

Hari ini, respon sahabat saya untuk kalimat2 saya telah menyakitkan hati saya. Sahabat saya sudah tidak bersahabat lagi terhadap saya. Dan saya tidak tahu ada apa dibalik itu. Bagi saya, come and slap me if I'm wrong. Saya tidak terbiasa dengan cara nada kasar dan marah2.

Mungkin sahabat saya sudah memilih jalan lain yang lebih sesuai baginya, dimana jalan saya sudah tidak sesuai untuknya. Atau mungkin ada sahabat baru untuknya yang lebih cocok dengan nya. So long buddy. Someday, I will still be here, to hold your hand again when you need me.