Jumat, 18 Juli 2008

kecil & BESAR

Aku merasa kecil sekali di tengah keluarga besar ku. Bukan arti secara harfiah. Itu sih memang ;p Semua adik2 ku sukses berat dalam hidup nya. Walopun ada yang ga bekerja, tapi dia tetep hidup seneng karena suaminya kaya raya. Bukan karena warisan lho, tapi karena emang seorang pekerja yang sukses. Ini jadi nilai plus plus dimata keluargaku. Menantu kesayangan lah ibaratnya.

Adikku yang lain, seorang PR ternama. Pergaulannya sangat luas, dikenal di tingkat pemerintahan pula. Suaminya dari kalangan militer. Walopun secara keuangan mereka tida sehebat adikku yang tadi, tapi adikku yang ini favorite keluarga. Adikku yang ini memang sangat menyenangkan.

Adikku yang paling bontot sekarang justru sudah punya perusahaan sendiri. Well, peruhaan kongsi sih sebenarnya. Bisnisnya worldwide. Dalam 1 tahun sejak selesai kuliah, pendapatannya sudah berjuta2 rasanya. Dan dia tidak memerlukan capital selain otaknya untuk berbisnis. Aku sangat bangga dengan adikku yang ini.

Lalu, siapakah aku? Hanya seorang pegawai biasa. Posisi managerial level di IT company ternama. Tapi ya itu, biasa2 saja. I don't have certain talent like others. I just want to work and creat things. Keahlianku hanya di profiling. Tapi aku tidak menemukan company yang membutuhkan profiler. Jadinya, ya aku tetap tak berarti banyak untuk sebuah perusahaan IT.

Intinya, dibanding adik2 ku, dan keberhasilan orang tua ku, aku tidak ada artinya. Terus terang ini membuatku minder. Sering aku hanya terpaku tidak tau harus bagaimana kalau tiba dalam situasi dimana orang tuaku sedang membanggakan anak2 nya yang lain. Suatu hari, papaku sedang berbicara di telpon dengan salah seorang adik ku,"si adek mau renovasi rumah papa nih, banyak duit nih dia sekarang". Dengan bangga papa ku bercerita. Aku tidak pernah berinisiatif untuk melakukan renovasi rumah atau apalah. Karena keuanganku tidak sebaik adikku. Aku jadi malu sekali.

Dilain waktu, kami pergi makan sekeluarga. Ketika tiba saatnya membayar, aku segera mengeluarkan uangku. Tapi dengan cepat pula adikku melakukan pembayaran dan menolak uangku. Aku tidak enak. Selalu saja adikku yang membayar. Papa dan mami ku selalu merasa bangga akan uang yang dikeluarkan adik ku. Tapi itu membuat posisiku semakin kecil. Terkesan aku tidak punya kontribusi apa2 di keluarga.

Kembali ke masa lalu. Aku masih ingat, betapa dulu kedua orang tuaku membanggakan aku. Prestasiku di bangku kuliah, ketika aku bisa mendapat kerja dengan usaha ku sendiri, ketika aku ikut menyicil membeli rumah dari gajiku. Ketika aku mampu mencicil membeli mobil...Dulu mereka selalu membanggakan aku. Adik2 ku selalu disuruh mencontoh aku.

Tapi sekarang, aku bagaikan seseorang tanpa nilai. Aku ingin memberi lebih kepada keluargaku sebatas kemampuanku. Tapi kelihatannya mereka tidak memberiku kesempatan. Karena aku terlalu kecil dibanding yang lain.

Sedih, kecewa...bukan pada mereka. Tapi pada kemampuanku. Aku bersumpah, suatu hari nanti aku akan tunjukkan pada mereka. Aku bisa memberi sesuatu yang besar. Ya, aku pasti bisa.