Senin, 22 Desember 2008

Be honest atau what the heck...

Saya pernah mencintai seseorang. Sepenuh hati saya. Walaupun akhirnya kami berpisah, saya tetap menyayanginya. Masih sepenuh hati saya, tapi dalam format yang berbeda.

Ketika saya sakit, dirawat, atau ketika saya berhasil dalam sebuah usaha, saya masih memberitahunya. Begitupun dengan dia. Bahkan ketika dia memutuskan menikahi seseorang dan dia akhirnya mempunyai anak, dia memberitahu saya. Kami dahulu bersahabat dan kami masih menjalaninya sebagai sahabat.

Tidak ada perjanjian tertulis untuk saling mengupdate. Hal ini berjalan saja secara natural.

Sahabat saya yang lain bernasib kurang baik menurut saya. Walaupun dia bersikeras kalau dia baik2 saja. Hubungan percintaannya bagai tiada putus keriaan. Party bersama, traveling bersama, bahkan memutuskan untuk tinggal bersama. Dilakukannya hanya dalam hitungan 3 bulan sejak mengenalnya. Lalu conflict bermunculan. Sahabat saya sampai berurai air mata menghadapi pertengkaran itu. Lalu setelah mereka berdamai, mereka masih melakukan traveling lagi selama 2 minggu. Betapa indah hubungan itu.

Saya termasuk orang yang menyatakan dengan jujur bahwa saya tidak suka pacar sahabat saya. Tidak bisa saya jelaskan karena apa. Hanya saya tahu ada yang salah dengan orang ini. Tapi sebagai sahabat yang baik, saya tidak ingin merusak keindahan hubungan mereka. Saya hanya bertanggungjawab menjaga dan mengamati perkembangannya. Karena satu saat nanti saya merasa sahabat saya akan memerlukan orang untuk menolongnya.

Sekitar 7 bulan setelah usia tinggal bersama mereka, akhirnya mereka bubar. Terlalu banyak ketidak cocokan diantara mereka kata sahabat saya. Tepat 2 minggu kemudian, mantan pacar sahabat saya menikah dengan orang lain dan merayakannya dengan gemerlap di gedung mewah.

Saya kaget bukan kepalang. Mana ada sebuah resepsi pernikahan dapat disiapkan dalam waktu dua minggu. Kasihan sahabat saya. Bahkan setelah pernikahan, mereka masih bertemu dan mantan pacarnya tidak memberitahukan sepatah katapun tentang pernikahannya.

Entah apa nama dari bentuk penyimpanan informasi ini. Entah apa tujuannya. Entah kenapa pula dia memacari sahabat saya dan saat yang bersamaan sedang menyiapkan pernikahan. Entah apa yang dicarinya. Entah kah hanya sex addict atau love junkie seperti yang disebut2nya. Love supposed to be coming with respect and care. Not deceitful. Semoga dia tidak menyakiti pasangannya yang baru dinikahinya. Semoga dia berhenti menambah luka hati orang tuanya. Atau dia akan menuai karmanya...