Sabtu, 01 November 2008

Kita

Kebersamaan, pertemuan dan aktifitas rutin yang kita lakukan bersama sedikit banyak mempengaruhi kualitas pertemanan kita. Sejak hari pertama kita bertemu, entah ada magnet apa diantara kita, kita langsung tertarik satu sama lain. Sebulan sejak perkenalan, kita memutuskan untuk tidur bersama (means : berbagi ranjang, bercerita sepanjang malam, lalu telelap menjelang pagi). Kamu sempat bertanya "what if I am pshyco?". Aku hanya membalas dengan, "kalo ternyata yang pshyco itu saya gimana?". Pertanyaan mu itu logis saja, karena saya dengan beraninya menerima kamu, orang baru, untuk bermalam di rumah saya, di kamar saya, dan berbagi ranjang dengan saya. Dan hanya ada kamu dan saya di dalam rumah.

Lalu kita mengalami ups and downs dalam hubungan. Ada kalanya hubungan kita semanis madu yang kamu berikan dalam botol 2,5 liter dan harus saya minum pagi dan malam. Ada waktunya pula hubungan kita bagai kucing dan anjing. Kita berdua memaknai hubungan tersebut sebagai lahan untuk saling mengenal karakter masing2, untuk bisa berkompromi, menghargai dan mencari jalan keluar dari komunikasi kita yang terbentur bahasa.

Satu hal yang pasti : kita tidak pernah give up on each other.

Menangis dan tertawa bersama. Mendukung, mengingatkan, menjaga. Menyayangi dan mencintai.

Ketika harus terabaikan karena perubahan prioritas, kita berdua terdiam. Menangis sendiri. Pernah ada keinginan untuk melepaskan, tapi ternyata kita tidak bisa. Entahkah itu egoisme yang tidak bisa sendiri atau karena berdua artinya kita utuh. Tingkat ketergantungan kita sudah sangat tinggi.

Tahun2 berlalu. Memegang bahu kini menjadi memeluk tubuh, memegang lengan kini menjadi menggenggam tangan. Ada bantal yang tadinya kita letakkan ditengah2 ranjang sebagai batas teritori tak tertulis, sekarang bantal itu kita pakai berdua dan kita hanya memakai satu sisi ranjang untuk tidur. Tangan tetap saling menggenggam erat dalam tidur. Tubuh merapat untuk memastikan tidak ada yang pergi meninggalkan yang lain.

Hubungan kita semakin relax dan semakin baik. Tidak ada pertengkaran besar seperti dulu. Salah paham dan merasa menjadi prioritas kedua masih terjadi, tetapi pelukan dan ciuman setiap hari meyakinkan kita, bahwa kita penting bagi satu sama lain. Rasa cinta dan sayang tidak selalu dalam bentuk membelai dan kata2 manis yang memabukkan. Dan tidak perlu pula ditunjukkan kepada dunia untuk pengakuan dan pengukuhan. Rasa cinta dan sayang kita ada di dalam hati dan perasaan kita.

Ketika orang bertanya tentang kita, kita hanya menjawab dengan senyuman.