Selasa, 26 Agustus 2008

Pulang (ke rumah)

Banyak orang merantau saat ini. Ada yang sekolah di kota lain, ada yang bekerja di kota lain. Dari waktu ke waktu banyak orang yang setelah beberapa saat akhirnya memutuskan pulang (ke rumah). Entah itu hanya untuk berlibur (school break, cuti...), atau pulang untuk waktu yang lama bahkan permanen.
Waktu saya masih sekolah di uni, saya tinggal di kota yang berbeda dengan keluarga inti saya. Saya terbiasa pulang (ke rumah) ke kota orang tua saya setiap semester break. Kemudian saya bekerja dan terbiasa pulang (ke rumah) ketika libur akhir tahun atau ketika Idul Fitri. Waktu berlalu, dan saya semakin jarang pulang (ke rumah). Pada saat itu orang tua saya lebih sering mengunjungi saya di kota saya tinggal. Dan dengan demikian, saya bisa dikatakan semakin jarang menginjakkan kaki saya kembali pulang (ke rumah). Sampai akhirnya orang tua saya pun migrasi ke kota saya. Sekarang saya setiap hari pulang (ke rumah).

Lalu, apa sih sebenarnya pulang (ke rumah)? Sebagian mengatakan itu artinya pergi ke tempat orang tua kita berada. Lalu bagaimana dengan mereka yang sudah tidak memiliki orang tua? Apakah mereka artinya tidak pernah pulang atau tidak pernah punya rumah (home)?

Saya mengajukan proposal kepada orang tua saya, bahwa saya ingin tinggal sendiri agar saya mandiri. Artinya saya akan keluar dari rumah dan hidup di tempat lain. mereka menolak proposal saya. Mereka bilang, rumah saya ya di rumah ini. Tidak boleh pergi unless saya menikah dan suami saya membawa saya pergi dari rumah. Even more, suami saya pun diijinkan tinggal di rumah kami.

Saya memanfaatkan waktu libur dengan bepergian ke berbagai tempat yang belum pernah saya kunjungi. Untuk mencari berbagai pengalaman hidup. Saya sangat menyukainya. Dan saya semakin addicted terhadap perjalanan. Saya merasa mendapat banyak energy ketika saya berada di jalan. Saya melakukan perjalanan untuk mengisi hidup.

Satu harapan, proposal yang lain, sedang saya siapkan. Saya akan melakukan perjalanan. Tapi kali ini saya tidak akan pulang (ke rumah). Saya akan memulai journey saya tahun depan. Melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Melakukan apa yang saya mau dan saya inginkan yang hanya untuk saya, yaitu traveling. Tidak ada batas waktu, tidak ada deadline harus pulang (ke rumah). Saya akan berhenti ketika saya ingin berhenti. Saya probably akan pergi ke rumah kami. Tapi bukan pulang (ke rumah). Untuk saya rumah (home) ada di hati dan jiwa saya dan bisa ada dimana2. Bukan mutlak pada bangunan yang kita diami.

Sebagian orang malas untuk pulang (ke rumah) karena merasa rumahnya bagai neraka. Sebagian ada yang merasa dirinya tidak belongs to keluarganya. Sebagian merasa tempat tinggal omanya lah sebagai rumah. Sebagian lagi merasa teman2nya lah sebagai rumahnya.

Dimanakah rumah anda?

You should go out

Ya, you should. See other part of the world. See people around somewhere. Staying inside the place you call it safe teaches you nothing but comfort. We all love comfort and easy feeling. But would it makes you see people different way.

Living under coconut shell. You can only see as far as you can which only from about 1 - 2 point of views. Outside, you face thousand, even million point of views. It will shock you if you never been outside. Suddenly you see people doing everything in a wrong manner.

In my way of thinking, there is no right or wrong. Only how you see it and respect what other chose to live their live. Any human being can decide what they want and do it their way as long as not affected other's life in bad way. Means I can have a nice trainer shoes I am longing for so long by saving my money and now ready to buy them. But I can also have them by stealing other's shoes. Easy. But it is not right.

Ya, you should go out and see the world, so you can respect me, even only a little.