Minggu, 20 Juli 2008

A drama : I love her and I love her, too

Aku kenal baik lelaki ini. Namanya Dimas. Aku telah mengikuti sepak terjangnya dengan para wanita. Ya, Dimas adalah temanku sejak masih di Uni.

Years ago, cewe pertamanya (Anggia) dijalani dlm hubungan pacaran selama 5 tahun. Akhirnya berpisah, dengan alasan perbedaan agama. Anggia menikah dengan lelaki lain beberapa saat setelah perpisahan itu. Sakit? Pasti.

Cewe berikutnya adalah Inneke hanya berjalan beberapa bulan saja. Inneke cantik sekali. Tapi terlalu banyak perbedaan, terutama masalah harta. Inneke dari kalangan jetset. Kesamaan mereka hanya ada pada kebutuhan sexual saja. Akhirnya Inneke menemukan cowo barunya, yang sederajat secara sosial ekonomi menurut keluarganya. Sementara itu Dimas berpetualang dari satu cewe ke cewe lain, tidak ada satupun yang serius.

Lalu entah bagaimana, Dimas sempat kembali ke Inneke yang jetset tadi ketika Inneke putus dari cowonya. Lagi2 karena kebutuhan sexual. Beberapa bulan kemudian, Inneke menemukan pacar baru. Dimas pun kelimpungan. Merasa kalah angin di depan teman2 yang lain, dia menggaet Diana, cewe orang lain, yang cowonya sedang bertugas diluar kota untuk waktu yang lama. Dimas sangat mengerti memanfaatkan kelemahan orang lain. Diana yang haus belaian pacar resminya pun berhasil digaetnya. Dijadikan pacar sambilan. Intinya sama2 mau, sama2 butuh. Lalu kembalilah si pacar resmi ke ibukota. Dan, dengan terpaksa dilepaskanlah Diana.

Lalu ada Angel, cewe cantik, baik hati, rajin beribadah, seiman, supel dan pinter yang ingin dijadikan pacar olehnya. Seperti biasa, aku selalu menjadi tempat konsultasinya. Dan ya, ini adalah cewe yang tepat untuk Dimas menurutku. Aku pun dengan semangat mengompori mereka berdua walopun dua2nya udah saling suka.

Dilain kesempatan masih dalam bulan yang sama, dalam sebuah perjalanan, Dimas mengenal Devi, cewe yang menarik, pintar tapi tidak seiman. Cantik? Ya. Selebihnya? I don't like her. Kenapa? Karena dari kesan pertama, aku merasa Devi ini just an ordinary cewe seperti cewe2 yg sebelumya diajak tidur oleh Dimas. But what can I say. Yang jatuh cinta kan Dimas, bukan aku. Akupun stay aside, tidak ingin mempengaruhi apa2. Seperti biasa aku akan mendukungnya habis2an jika itu baik, tapi jika kami tdk sependapat, aku lebih baik diam. Tidak ingin menjelek2an. Tidak baik itu. Itu juga yang dilakukan Dimas.

Angel dan Devi dibawa Dimas dalam satu hubungan pacaran segitiga. Aku pernah berkomentar pada Dimas, "kamu tidak akan bisa dapat dua2nya, pilih salah satu atau kamu akan kehilangan dua2nya". Dimas masih bingung memilih yang mana untuk dipertahankan. Angel merasa ada yang salah dalam hubungan tersebut dan memastikannya kepada Dimas. Karena Dimas tidak bisa memberikan jawaban yang layak, Angelpun mundur dari hubungan pacar secara baik2 dan mereka tetap dapat berteman. Angel merasa dirinya diduakan, itu yang disampaikannya kepadaku. Aku tidak bilang apa2. Angel bilang ada hati yang harus di protec didalam dirinya. Dan hanya dia yang bisa melakukannya. Dia tidak ngin orang lain menghancurkannya.

Sayangnya mereka tidak pernah menyampaikan pada dunia (kecuali padaku) bahwa mereka sudah tidak berpacaran lagi. Jadi people around them taunya they are still in the relationship. Angel dan Dimas memang tetap bisa berteman karena mereka memang memulainya sebagai teman dan mereka berada dalam dunia kerja yang sama.

Devi tahu sejak awal bahwa Dimas berpacaran dengan Angel. Saat itupun Devi sedang berpacaran dengan lelaki ganteng (ya, aku melihat fotonya). Devi dan Dimas merasa mereka tidak perlu munafik, karena saling membutuhkan secara sexual. Pada akhirnya Devi tahu, bahwa Dimas dan Angel telah berpisah, Devi seperti telah memenangkan pertarungan, tentunya merasa happy. Dan ingin dibawa ke public dan dikenalkan dengan teman2 yang lain. Sayangnya Dimas tidak menginginkan itu. Dia tetap mau orang2 berpikir bahwa dia masih mempunyai hubungan pacar dengan Angel. Karena apa kata dunia, kalau tiba2 Dimas mengenalkan Devi sebagai pacarnya, sedangkan orang2 taunya Dimas pacaran dengan Angel. Dan orang2 itu semua adalah teman2 sekantornya. Oh no. I can't do that. Itu kata Dimas kepada ku (dan kepada Devi).

Berkali2 Devi meminta dan meminta. Akhirnya setelah menunggu dan menunggu, Devi tidak mau lagi menunggu lebih lama. She had enough. Devi meninggalkan Dimas. Devi merasa dirinya sia2 memberi semuanya tapi tidak diakui juga. Devi benar2 marah dan kecewa. Bahkan tidak mau lagi memberi kesempatan kepada Dimas. Bahkan Devi tidak mau menjawab telpon Dimas. Aku diminta Dimas membantu menjelaskan hal ini ke Devi. Telponku pun tidak dijawab oleh Devi. Dan Dimas pun menangis. Memohon diberi kesempatan lagi. I love her and I love her, too. Gubraks.

Aku hanya bengong. Aku pikir Dimas telah berubah pikiran, ternyata tetap aja !