Jumat, 01 Oktober 2010

Is it too much to ask?

Suku, Agama, Ras, Antar-Golongan. Waktu saya masih kecil, saya sering mendengar tentang ini. Dimana orang2 berbicara tentang SARA. Saya tidak mengerti.

Lalu saya sering mendengar dimana orang2 dari satu suku melarang anak/sodara/keluarganya untuk menikah dengan suku lain. Entah apa alasannnya. On the other hand, keluarga saya adalah keluarga yang sangat bercampur aduk. You name it, dari Aceh, Batak, Ambon, Makasar, Jawa, Phillipina, China, Australia, Inggris dan Yugoslavia juga ada. Agama kamipun beragam. Kami selalu dapat menghargai satu sama lain. Kami merayakan semua hari besar bersama2. Kalau kami berselisih paham, dapat dipastikan itu bukan karena agama atau ras. Hanya karena mobil yang lecet, anak2 yang nakal, titip menitip anak, dan hal2 seperti itu.

Dalam perjalanan waktu, kedua adik saya menikah dengan laki2 dari suku lain. Saya sendiri mempunyai partner Chinese. Orang tua kami tidak pernah mempermasalahkan itu. Walaupun kedua org tua saya penganut agama islam yang sangat taat, mereka tetap menghormati org dg agama apapun. Ketika hari minggu tiba, atau ketika paskah datang, mereka mengingatkan partner saya untuk tetap pergi ke gereja. Ketika imlek tiba, maka kamipun beramai2 pergi makan dengan keluarga kami yang chinese. Kira2 begitu lah yang terjadi dalam lingkaran keluara kami.

Minggu lalu, saya kecewa dengan penyataan beberapa orang tentang perbedaan agama, perbedaan pilihan dan pagi ini saya terbangun dengan menerima text tentang tiko.

Saya pikir, dengan semakin majunya pendidikan, dengan semakin luasnya wawasan pandang, seluruh boundaries akan menipis. *Kalau saya tidak bisa bilang hilang*.

Kenyataannya masih banyak orang yang saling benci. Tidak bisakah saling menghargai saja jika tidak bisa saling menerima.

Tidak ada komentar: